FUNGSI-FUNGSI
KAMERA
Cahaya masuk ke dalam kamera melalui bagian yang disebut
lensa. Cahaya dipastikan hanya boleh melalui bagian lensa ini yang berupa
lubang (berbentuk lingkaran). Lubang ini ibarat jendela kamera ke dunia luar,
dan jendela ini punya ukuran lubang tertentu, persis saat kita membelalakkan
mata atau menyipitkan mata. Kamera sendiri juga memiliki komponen untuk
mengatur kecepatan si lubang ini membuka pas kita perintahkan. Dengan mengatur
dua properties ini, intensitas cahaya yang masuk ke kamera diatur.
LENSA
Lensa juga berfungsi untuk mengatur supaya cahaya secara
tajam difokuskan. Apa sih sebenarnya fokus ? Secara sederhana, fokus adalah
saat kita bisa melihat obyek pada visualisasi yang terjelasnya, kebalikan
dengan yang disebut blur. Kalau menyangkut cara kerja, fokus adalah saat cahaya
yang dilewatkan tepat jatuh ke bidang sensor kamera, seperti setelah cahaya
lewat kornea mata kita dan tepat jatuh di retina maka kita bisa fokus melihat
suatu obyek. Tentang konsep gimana cahaya dari obyek diproyeksikan oleh lensa
dan hitungan-hitungannya, gua udah lupa.. silahkan buka lagi pelajaran dasar di
SMP, SMA dan orang-orang Teknik Fisika yang bermain tentang optik (Boss Hardy
kali nih..lebih jago).
Lensa juga penanda paling mendasar untuk membedakan jenis
kamera digital point &
shoot dengan kamera digital SLR. Jenis kamera pertama memiliki
lensa dengan ukuran yang sudah tetap ( dan ga bisa diubah-ubah, kecuali beli
kamera baru yang berbeda jenis lensa), jadi lebih simple karena pengguna ga
perlu lagi mengatur fokus dengan mengatur posisi elemen lensa ini, posisi fokus
lensa sudah fix. Sebaliknya, di kamera DSLR, berbagai jenis lensa dapat
dipasang (asal mountingnya bersesuaian, biasanya dedicated sesuai merk), dan
lebih diperlukan upaya untuk mengatur posisi lensa untuk memperoleh fokus yang
diinginkan (walaupun ada fasilitas auto focus juga).
Besaran yang membedakan (jarak fokus) suatu lensa disebut
dengan Focal Length
dengan satuan mm (mili meter). Berdasarkan focal
length, lensa dapat dibedakan menjadi dua grup besar, yakni lensa Prime dan Lenza Zoom, bedanya yang
pertama ini punya focal
length yang fix ga berubah-ubah, sedangkan yang kedua punya focal length berupa
rentang. Masing-masing punya kelemahan dan keunggulan :
- Kalo pake Lensa Prime : Kualitas hasil lebih bagus (karena tipe ini
dibuat khusus untuk focal length tertentu), lebih tajam dan respon yang
cepat. Tapi kurang sesuai kalo kita menghadapi situasi memotret obyek pada
berbagai rentang focal length.
- Kalo pake Lensa Zoom : Praktis, cukup satu lensa untuk berbagai
keperluan focal length (ga berat bawanya). Kelemahan, lebih lamban dalam
respon karena punya minimum aperture yang lebih rendah (dibanding jenis
prime), jadi lebih susah dalam ngatur focus dan kestabilan (terutama untuk
penderita tremor kaya gua)
Jenis-jenis focal length yang gua ketahui :
- Standard : 50mm. Kalau beli kamera SLR
sepaket pasti dikasih.Cocok untuk keperluan general (mirip sama
sudut/angle mata manusia).
- Small Zoom : 35-70mm (2x zoom), 28-85mm
(3x zoom) atau 24-105mm (4x zoom), dll. Kamera digital pocket biasanya
pake jenis yang ini dengan rentang umumnya 35-100mm (tapi ini berubah
dengan cepat, dan semakin hebat fitur lensanya).
- Wide Angle : < 50mm. Cocok untuk
memotret panorama dan landscape outdoor lainnya, memotret orang banyak
yang berjejer-jejer (foto bersama 40 orang misalnya) dan situasi dimana
perspektif yang kuat ingin dihasilkan, intinya untuk dapat menangkap obyek
yang lebih lebar. Pada beberapa aplikasi kadang terjadi distorsi
perspektif.
- Fisheye : 7- 16mm. Lensa ini kaya mata ikan yang mampu
menghasilkan pandangan 180°.
- Super Wideangle : <24mm.
Seperti lensa wide
angle tapi lebih lebar lagi, Cuma ga selebar lensa fish eye. Biasanya
buat foto gedung, rumah real estate (biar tampak lebih gede dari aslinya)
- Medium Telephoto : 85-135mm. Cocok
untuk menghasilkan potret, karena bisa mengisolasi obyek wajah (misalnya)
dari backgroundnya, dan ga distortif (hasilnya lebih datar dan natural).
Umumnya ini yang dipake buat candid.
- Long Telephoto : > 135mm. Umum
dipake sama wartawan olahraga atau dokumenter, intinya untuk menangkap
aksi (misalnya saat Cak Roni menggiring bola di lapangan Nardo) secara
dekat tetapi tukang fotonya tidak memungkinkan dekat secara fisik.
- Super Telephoto : >300mm. Super
tele lah pokoknya, bisa untuk ngambil lebih jauh lagi. Yang jelas berat,
dan butuh tripod khusus untuk lensanya (atau tangan lu cukup sering
fitness dan angkat barbel 40 kg). Ini jenis kamera yang wajib dimiliki paparazzi.
- Macro : 35 mm. Jenis lensa ini bisa untuk dapat fokus
secara dekat dari obyek dengan image ratio 1:1, contoh : obyek sebesar
10mm akan dihasilakn sebesar 10mm juga. Intinya untuk memperoleh gambar
obyek yang besar dengan jarak dekat, misal ulat yang lagi makan daun.
- Jenis-jenis lain yang lebih spesifik dan
aneh-aneh
SENSOR
. Setelah cahaya dilewatkan lensa, lalu cahaya diterima oleh sensor
elektronik sensitif cahaya terbuat dari bahan semi konduktor yang berbentuk
kotak-kotak, kaya solar cell (sepertinya mah). Foton dari cahaya yang kena ke
setiap cel sensor menyebabkan cel ini menghasilkan elektron, jadi kalo semakin
banyak foton yang diterima (intensitas cahaya makin besar) makin banyak
elektron yang dihasilkan dan akibatnya makin terang lah gambar hasil nantinya.
Kesensitifitasan dari sensor ini yang kita kenal dengan
ISO, yang berkorelasi dengan jumlah minimum foton yang diperlukan sensor untuk
menangkap gambar. Semakin besar ISO yang dipilih berarti menurunkan setting
minimum foton untuk ukuran pixel tertentu, akibatnya pada ISO yang tinggi
gampang terjadi noise (berupa bintik-bintik di gambar) karena sensor merekam
juga gangguan-gangguan (yang bukan informasi gambar) lain.
Di dalam kamera digital ada dua jenis tipe sensor yang
umum satu disebut CMOS, complementary
metal oxide semiconductor, (teknologi lebih tua, tapi terus
berkembangsampai sekarang) , satunya lagi adalah CCD, charge coupled device.
Beda dari kedua jenis ini adalah CMOS kurang sensitif terhadap cahaya dan mudah
kena noise, tetapi butuh daya yang lebih rendah dan lebih murah dibanding CCD.
Sensor ini juga dilengkapi komponen untuk mengkonversi signal analog menjadi
informasi digital untuk disimpan.
Nah selesailah mekanisme kerja dari kamera, elemen-elemen
yang ada di dalam kamera digital pada intinya mendukung proses kerja dua elemen
utama dari Kamera Digital.
Format Gambar
Begitu dihasilkan signal digital, maka selanjutnya
diperlukan media penyimpan berupa memory card. Yang umum dijumpai adalah CF
(compact flash), SD (secure digital) atau Mini/Micro SD card, dan MMC (Multi
Media Card). Tidak ada perbedaan yang cukup berarti diantara tipe-tipe media
penyimpan ini selain ukuran fisiknya.
Yang lebih penting adalah memahami format gambar yang
ingin disimpan dari kamera digital. Ada 3 jenis format gambar yang umum
dijumpai dalam seting kamera digital, yaitu JPEG, RAW dan TIFF. Ketiganya
mensupport tipe pewarnaan CMYK (karakterisasi matematis warna gambar dilakukan
berbasis warna Cyan Magenta Yellow Black, jenis ini hanya digunakan umumnya
dalam design grafik), RGB (karakterisasi matematis terhadap warna gambar
dilakukan berbasis warna Red Green Blue, umum dijumpai) dan LAB/CIELAB (berbeda
dengan 2 tipe sebelumnya, karakterisasi warna ini didasarkan atas model
persepsi human vision contrast
melalui korelasi spectrum warna, bahasan
terlalu canggih kurang ngerti juga dalemnya
)

Apa yang membedakan satu sama lain ? Pada intinya
perbedaan berbagai jenis format file tersebut didasarkan atas pertimbangan
kapasitas penyimpanan dan informasi gambar yang hendak disimpan.
File bertipe JPEG paling efisien dalam hal space, dan dapat disimpan
dalam berbagai level kualitas tergantung dari besar kompresi yang diinginkan.
Semakin dikompres semakin banyak informasi original dari gambar akan hilang,
akan tetapi, semakin kecil ukuran file yang dihasilkan. File bertipe TIFF
memiliki keunggulan meskipun gambar dikompres tidak ada informasi gambar yang
dikorbankan, tetapi tentu saja membutuhkan space
yang lebih besar jika dibanding JPEG. Bagaimanapun, perlu diinget baik JPEG
maupun TIFF, keduanya adalah file gambar hasil dari perangkat lunak dalam
kamera, oleh karena itu seoriginal apapun TIFF dan JPEG keduanya tidak
benar-benar mengandung informasi asli dari gambar.
File tipe ketiga yaitu RAW inilah yang bekerja seperti
negatif film, di mana di dalamnya seluruh informasi gambar terjaga dengan baik
dalam channel 12-bit atau 16-bit (tergantung kamera), tanpa kompresi, tanpa
manipulasi setting software dalam kamera. Hanya satu kelemahan, diperlukan
software khusus (misal adobe photoshop) untuk membaca format ini. Pertimbangan
praktis yang dapat dipakai sebagai acuan adalah, untuk sebagian besar pengguna,
secara general, format JPEG atau TIFF sudah cukup baik, untuk kebutuhan
spesifik (dan ditunjang media penyimpan yang besar) seperti keperluan editing
dll, format RAW adalah pilihan yang lebih tepat.
Referensi :
- Bush, David D; Mastering Digital Photography; Muska and Lipman, 2003
- Hartley, Danny; Photography - The Lens; Picture Correct, 2007
0 komentar:
Posting Komentar